Let Me In
Dia hanyalah gadis biasa, anak pertama dari tiga bersaudara, tidak populer, nilai akademisnya pun biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa dari dirinya. Ya, tidak ada yang bisa dibanggakan darinya. Bahkan orang tuanya pun menyetujui itu, walau tak terucap. Mereka lebih menyanjung dan membela sang adik. Ia berusaha untuk tetap bertahan walaupun tak ada seorang pun yang melihat atau bahkan menyadari kehadirannya. Berusaha untuk terlihat baik baik saja meski, setiap malam ia menyanyikan kepiluan, meneteskan hujan yang membasahi wajahnya. Dan di pagi harinya ia akan kembali seperti biasa. Seperti itulah ia. Seperti secangkir kopi tanpa gula, seperti itulah hidup yang dijalaninya. Kebahagiaan yang ia rasakan hanya ketika menyesap kopi, membaca, menulis, dan berenang. Memang aneh bagi seseorang yang masih berumur belasan tahun seperti dia. Wajarnya anak-anak seusianya pasti bermain ke pusat perbelanjaan, berkumpul dengan teman-temannya. Se...